Pekan lalu hujan deras membasahi Bandung. Saking derasnya sehingga menimbulkan jejak genangan di beberapa tempat, termasuk di rumah kami...
Pekan lalu hujan deras membasahi Bandung. Saking derasnya sehingga menimbulkan jejak genangan di beberapa tempat, termasuk di rumah kami. Rumah yang dibangun sejak 19 tahun yang lalu, beberapa bulan setelah kami menikah. Rumah yang kemudian diisi oleh canda tawa anak-anak dan beberapa ekor binatang peliharaan.
Hujan kemarin menimbulkan jejak paling parah. Dari sekian ruangan hanya satu yang kering, ruang produksi tempat saya dan suami bereksperimen produk untuk persiapan pelatihan dan barang jualan. Ruangan yang berisi perlengkapan masak beserta sedikit tempat untuk duduk. Entah kenapa walau rumah utama tidak dapat ditinggali, serta beberapa kali telpon berdering mengajak ka!i mengungsi, kami berkeras untuk tinggal. "Terima kasih, tidak apa, sebentar lagi juga surut". Jawab saya ditelpon.
Rumah bagi saya bukan sekedar tempat berteduh, tetapi juga tempat bereksperimen dan selalu menjadi tempat yang dirindukan saat harus tugas ke luar kota. Jika bisa memilih, bekerja berdekatan dengan keluarga lebih menyenangkan. Lelah selepas bekerja tergantikan oleh celoteh anak-anak, eongan kucing serta hijaunya halaman yang diisi berbagai macam sayur dan buah. Tak lupa, "ritual" setiap pagi ke warung untuk membeli sayur sembari berjalan pagi, saling bersapa dengan tetangga jadi sebuah rekreasi tersendiri yang menyenangkan.
Kalau kamar, jangan ditanya. Kamar hotel pastilah lebih luas dan nyaman dengan kasur dan bantal empuk dilengkapi ac dan televisi dengan saluran internasional yang berada tepat di depan tempat tidur. Jika rasa lapar mendera, cukup tekan nomor room service yang akan datang membawa pesanan. Tetapi, kemewahan itu tidak sempurna, rasa dingin dan sepi kerap hadir. Rasa sepi karena setiap tugas keluar kota saya bertugas sendiri. Tak jarang saya terjaga di kamar hotel hingga pagi karena mata ini sulit untuk terpejam, walau badan terasa lelah. Esok paginya tubuh ini terasa tidak nyaman karena lelah di perjalanan serta tidur yang tidak nyenyak.
Berbeda dengan kamar di rumah yang sangat sederhana jauh dari kemewahan. Tapi terasa nyaman dan hangat. Tawa dan pelukan anak-anak ternyata lebih mahal dari kemewahan dan kemegahan di luar. Di tempat tidur yang sederhana itu, saya dapat tidur dengan sangat nyenyak, dan bangun pagi dengan perasaan segar. Entah kenapa walau sederhana tapi ada rasa aman dan nyaman walau bantalnya tak seempuk bantal hotel berbintang.
Selain kamar dan dapur area favorit adalah halaman. Walau tidak luas, halaman rumah kami diisi berbagai jenis tanaman mulai dasi sayuran hingga buah-buahan. Selain menambah segar bagi mata yang memandang, juga menyenangkan saat tanaman tersebut menghasilkan. Bukan hanya bagi kami tapi juga tetangga sekitar. Tak jarang pula kami jual saat hasilnya berlebih.
Rumah kami bukanlah rumah mewah, tidak berisi perabotan berkelas, tapi kehangatan ada disini. Tak ada teriakan maupun kemarahan hanya dipenuhi canda tawa sehari-harinya. Sesekali ada perselisihan, tapi itupun dapat segera reda. Teringat sebuah lagu yang pernah dinyanyikan saat kecil.
Rumah Kami Yang Kecil
Rumah kami yang kecil
Tempat kami tinggal
Halamannya pun kecil
Tempatku bermain
Rumah tenyata bukan hanya bangunan tempat berteduh, tetapi juga pemberi rasa nyaman dan aman. Nyaman di hati, tenang, dan bahagia. Apalah artinya rumah mewah bak istana jika tidak ada canda tawa serta ketenangan hati. Rasa bahagia itu ada karena syukur dan syukur asa dari sebuah keikhlasan.
Tulisan ini disertakan pada giveaway viverasiregar.com yang disponsori oleh rumah selaras.
COMMENTS