Pantura menyimpan kuliner yang beragam. Sepanjang kota yang dilaklui, mulai dari Semarang hingga Surabaya masing-masing punya sajian kha...
Pantura menyimpan kuliner yang beragam. Sepanjang kota yang dilaklui, mulai dari Semarang hingga Surabaya masing-masing punya sajian khas. Pati yang terletak diantara Kudus dan Rembang, memiliki kuliner yang dikenal dengan nama nasi gandul. Sajian nasi hangat, disiram santan kental yang gurih dan legit dengan potongan daging dan kecap kental sebagai pelengkap.
Sejarah Nasi Gandul
Berdasarkan cerita yang didapat dari menu Warung Pati ,
nasi gandul pertama kali dijajakan pada tahun 1940 oleh Mbah Melet, seorang pedagang. Nasi gandul dijual dengan cara dipikul. Satu sisi pikulan berisi pikulan nasi, dan di sisi lainnya berisi gulai daging sapi. Sambil membawa pikulannya yang "gundal, gandul", Mbah Melet sesekali meneriakkan dagangannya,"Nasi gandul, nasi gandul". Kekhasan nasi gandul adalah disajikan dalam piring beralas daun dengan sendok suruh, yaitu lipatan daun pisang menyerupai sendok.
Kedai Nasi Gandul Tak Hanya di Pati
Walau berasal dari Pati, nasi Gandul dapat dinikmati pula di Juwana dan Rembang. Di Rembang pula lah, saya pertama kali menikmati nasi gandul. Penjual nasi gandul dapat ditemui di sisi kiri alun-alun kota Rembang. Saat menikmati nasi gandul, kesan yang muncul adalah rasa gurih, lezat, dan murah. Seporsi nasi gandul polos dapat dinikmati dengan merogoh kocek Rp 5.000/piring. Tapi tak nikmat menikmati nasi gandul tanpa lauk. Lauk yang disajikan, diantaranya adalah empal daging sapi dan turunannya seperti paru, otak, limpa dan babat, masing-masing dihargai Rp 8.000, telur rebus Rp 3.000 dan tempe goreng Rp 1.000. Dari semua lauk yang disajikan, empal daging dan tempe goreng jadi favorit saya. Empalnya yang lembut mudah dikunyah, sedangkan tempe gorengnya walaupun tebal, tetapi sangat renyah. Saya tak pernah cukup 1 menikmati tempe yang disajikan, begitupun nasinya.
Ternyata nasi gandul juga ada di Juwana. Lokasinya di SD Kauman 1 Juwana, sebrang mesjid agung Juwana. Kedai nasi gandul di Juwana mulai buka sejak pukul 5 sore hingga malam hari. Dari obrolan dengan pemilik, ternyata kedai nasi gandul di Rembang adalah cabang dari Juwana. Pantas rasanya sama, sama enaknya.
Kalau di Pati, ada beberapa kedai nasi gandul yang terkenal, sayang saya tidak sempat mampir. Tapi selain di kedai, warung Pati yang merupakan milik pabrik Kacang Dua Kelinci juga menyajikan menu nasi gandul.
Sebagai penghilang lapar di malam hari, seporsi nasi gandul cukup untuk mengganjal perut. Tetapi kalau rasa lapar yang mendera cukup berat, perlu lebih dari 1 porsi nasi gandul, karena ukurannya memang kecil.
Sambil membuat tulisan ini, rasa nasi gandul yang pernah saya nikmati masih terbayang lekat, mulai dari harumnya, tampilan yang menggugah hingga rasanya. Gurih, nikmat, legit, muach.
Nasi gandul masih menyisakan kenangan akan pantura yang saya kunjungi. Setiap kota punya cerita, begitu pula dengan kuliner yang menggambarkan budaya. Bagi saya, makan nasi gandul tak pernah cukup sekali, dan memunculkan rasa rindu untuk mencicipinya kembali.
#NasiGandulKhasPati #KulinerPantura #SejarahNasiGandul
#NasiGandulDiJuwana #NasiGandulDiRembang
COMMENTS