Pendamping umkm
Semua orang memiliki pilihan hidup, termasuk saya. Semula yang terpikir, yang penting kerja setelah lulus. Tidak penting jadi apa dan kerja di mana. Terbatasnya informasi dunia kerja saat itu membuat saya menerima semua tawaran yang masuk.
Pertemuan dengan Pak Arsyad Ahmad pada tahun 1997 di sebuah pameran menjadi awal karir yang saya jalani sampai hari ini. Saat kuliah, sebagai mahasiswa Teknologi Pangan, yang terbayang adalah bekerja di industri. Posisi R&D menjadi mimpi semua sarjana pangan. Bagaimana tidak, dari tangan dingin tim R&D, hadir aneka jenis makanan yang inovatif.
Tapi ternyata takdir berkata lain, saya menjadi junior pada sebuah klinik bisnis di Kanwil Koperasi Provinsj Jawa Barat. Honor saat itu nol rupiah. Saya hanya dapat transport dan uang makan, tapi aktivitas yang dinamis membuat saya rela tidak dibayar.
"Kok mau sih?" ya, walau tidak dibayar, saya banyak dapat kesempatan belajar dan beekenalan dengan para senior pemberdaya. Mulailah saya berkenalan dengan Ibu DR. Mustika Sufiati Purwanegara, seorang Doktor Teknologi Pangan lulusan Belanda, pengurus asosiasi seperti KADIN, hingga NGO.
Bagi sarjana baru, saat itu, bergaul dengan para tokoh jadi suatu hal yang membanggakan. Apalagi dapat hadir di event international, akibatnya standar saya jadi naik. Dari yang semula ingin bekerja di industri, saya jadi ingin bekerja di NGO. Gaji lumayan, bekerja dengan lembaga asing, jalan-jalan keliling Indonesia, tentunya asyik.
Pengorbanan dua tahun magang, terbayar. Kami mendapat projek P3T di tahun 1998, dengan nilai fantastis. Saya anak magang yang baru lulus, menjadi mitra tim dosen superwomen. Sebuah titik awal untuk serius menunjukkan potensi. Titik awal juga berkenalan dengan para aktivis pemberdaya.
(Bersambung.....)
Saya selalu suka dengan kisah sukses rintisan umkm. Itu karena yg benar benar menyentuh rakyat bawah. Bukan hanya teori. Teman saya yg gtt , hidupnya berubah menjadi jauh lebih baik ketika nyambi usaha kecil di rumahnya. Sekarang omsetnya sdh lumayan meski beliau masih tak kunjung diangkat jadi pns.
ReplyDeleteAlhamdulillah...sukses selalu dengan UMKM nya ya...semoga membawa manfaat bagi Indonesia
ReplyDeleteMantap... Karena kesempatan belajar itu selalu menyenangkan mesti tidak dibayar. Itulah mengapa sekolah selalu membayar kan?
ReplyDeleteHehehe
Luar biasa... semangat mbak...
ReplyDelete