Setelah kontrak di projek P2KP habis, saya semakin tertarik untuk mempelajari dunia pemberdayaan Sebetulnya saat ini ada tawaran u...
Setelah kontrak di projek P2KP habis, saya semakin tertarik untuk mempelajari dunia pemberdayaan
Sebetulnya saat ini ada tawaran untuk bergabung di projek yang lain
Terus terang, pasca krisis 1998, projek pemberdayaan sangat banyak. Lumpuhnya korporasi saat itu membuat negara harus menyediakan lapangan kerja yang sangat banyak.
Alih-alih melamar ke projek lain, saya memilih untuk melanjutkan studi. Semula antropologi jadi pilihan. Hanya sayang, kalau mau melanjutkan Magister antropologi, harus memilih UI atau UGM. Karena kekeuh ingin di Bandung, atas saran para senior, studi pembangunan ITB, menjadi pilihan paling baik. Apalagi saat itu, pengajar adalah para tokoh dan pengajar senior.
Keputusan melanjutkan studi ternyata tidak salah. Karena sambil melanjutkan studi, saya bisa bekerja paruh waktu di beberapa lembaga. BIGS dan PUPUK menjadi tempat bekerja sekaligus belajar. Salah satu mimpi bekerja di NGO lokal tercapai sudah. Di BIGS, saya belajar mengenai riset sosial dan menulis laporan. Sedangkan di PUPUK, saya belajar tentang pengembangan usaha kecil. Saat itu, PUPUK sedang mengembangkan metoda peningkatan daya saing daerah, dengan mengadopsi klaster Industri yang dikembangkan oleh Prof Michael Porter , dari Harvard Business School. Selain di kedua lembaga, saat saya akan mengajukan thesis, ITB sedang berproses mendirikan inkubator bisnis. Berbekal pengalaman dan pengetahuan saat projek P3T, saya pun terlibat dalam pendirian inkubator bisnis. Dan tema ini yang menjadi topik thesis.
Setelah lulus, minat dalam kajian dan pengembangan UMKM tetap besar. Saya pun masih terlibat di PUPUK serta beberapa kajian di kampus. Sedikit demi sedikit, pengetahuan dan pengalaman terus bertambah. Hingga akhirnya sebuah telpon datang, meminta saya terlibat sebuah projek di Aceh.
Saat itu, Aceh baru dilanda tsunami, sehingga membutuhkan pemulihan, diantaranya adalah bidang ekonomi. Saat menerima telpon cukup bingung juga, karena saya tidak pernah mengirimkan CV. Ternyata salah seorang teman mengajukan portofolio, dan ternyata cocok dengan yang diminta. Tahun 2007 menjadi titik awal saya terlibat kegiatan dengan NGO Internasional. Saya pun mulai berkarir dengan posisi Sosial Survey Specialist.
Pertama kali bekerja dengan tim kecil hanya 4 orang, dan semua punya tanggung jawab berbeda. Di dalam tim, saya perempuan satu-satunya dan paling muda. Tim leader seorang kebangsaan Amerika yang berpengalaman lebih dari 20 tahun, begitu pula dengan tenaga ahli lain. Sedangkan saya, seorang perempuan berusia 35 tahun, baru lulus magister 2 tahun.
Di awal, sempat rasa minder muncul, apalagi bekerja dengan para senior. Untungnya tugas yang diberikan adalah kegiatan yang rutin dilakukan. Yaitu melaksanakan survey, wawancara dan FGD, dengan sasaran adalah UMKM dan lembaga keuangan.
Saat bekerja di Aceh, silaturahmi saya jalin dengan sesama pekerja di NGO lain. Dan tak diduga, beberapa teman yang pernah bersama di Aceh hingga saat ini menjadi kolega. Kami saling berbagi informasi pekerjaan.
Sepulang dari Aceh, saya kembali ke PUPUK, karena diminta menjadi manager program. Di PUPUK, tantangan baru datang. Saat itu PUPUK sedang menjadi konsultan CSR untuk beberapa perusahaan tambang dan panas bumi. Bertambahlah portofolio yang saya miliki, tetapi fokus tetap di pengembangan UMKM. Hanya saja yang semula di pemerintahan , perguruan tinggi, dan NGO asing, sekarang masuk ke area CSR.
Kegiatan terus berjalan sampai waktunya tiba untuk bekerja mandiri. Semua pengalaman sejak di KKB tahun 1997, sampai di PUPUK tahun 2011 menjadi bekal yang luar biasa. Bagi saya bekerja bukan hanya mengerjakan tugas, tetapi juga meningkatkan kapasitas diri. Prinsip kaizen saya gunakan dalam bekerja, yaitu selalu melakukan perbaikan. Bisa jadi di projek sebelumnya ada kesalahan yang dilakukan, tapi diperbaiki di projek berikutnya. Prinsip kedua adalah fokus dan konsisten. Ibarat dokter, dokter spesialis memiliki pengetahuan dan keahlian spesifik dan bayarannya cukup besar dibanding dokter umum. Saya harus menjadi spesialis, jika mungkin super spesialis. Berbekal pengetahuan dan pengalaman, saya pun memilih riset, pendampingan dan melatih, menjadi spesialisasi. Adapun survey sosial menjadi super spesialis bidang yang saya kuasai. Di luar itu, mungkin saya sanggup, tapi tipis-tipis.
Berbekal perjalanan panjang selama 22 tahun dalam pengembangan UMKM, saya memberanikan membuat rangkaian tulisan. Yang semoga dapat menjadi panduan bagi rekan-rekan yang ingin serius menjadi pendamping profesional. Tulisan ini bukan satu-satunya dan yang paling baik. Saya pun terus berproses supaya bisa mempersembahkan hasil karya terbaik.
Bandung, 16 Oktober 2019
COMMENTS