Waktu sore ini menunjukkan pukul 16.58 wib, 32 menit menuju keberangkatan kereta dari stasiun Tawang Semarang menuju Bandung. Su...
Waktu sore ini menunjukkan pukul 16.58 wib, 32 menit menuju keberangkatan kereta dari stasiun Tawang Semarang menuju Bandung. Sudah 11 hari aku pergi bertugas. Pekerjaan survey kali ini membawaku ke Rembang. Sebagai peneliti sosial, tugas luar tidak dapat dihindari. Walau tadinya bulan ini aku merencanakan untuk tidak mengambil projek luar kota. Tetapi godaan menambah rupiah di tabungan menjadi daya tarik yang sayang untuk dilepas.
Rembang Kota Agamis
Kabupaten tempat dimakamkannya R.A Kartini berada di jalur pantura, sekitar 3 jam dari Semarang. Untuk menempuh Kabupaten Rembang, kendaraan umum yang dapat digunakan hanya bis. Kereta api sudah cukup lama tidak melewati lagi Rembang. Dulu ada jalur kereta ke Bojonegoro, ujar Syafik, mitra kerja kami diisana. Berhubung barang bawaan cukup banyak, kami memilih menyewa mobil rental dari Rembang yang juga akan mengantar kami selama di Rembang.
Tiba di Rembang pukul 17.30, kami langsung menuju hotel. Fave hotel menjadi pilihan teman-teman untuk menginap. Selain layanannya yang sudah berstandar internasional, lokasi hotel yang tepat berada di depan alun-alun menjadi pilihan. Alun-alun identik dengan keramaian, artinya tidak usah khawatir mencari makanan. 10 hari, berarti 10 tempat makan yang dapat dicoba.
Lokasi penginapan di jalur Pantura menyebabkan hotel yang kami tinggali selalu penuh. Tidak hanya pelancong, rupanya banyak karyawan perusahaan yang menginap. Urusan makanan, sekali lagi di Alun-alun Rembang mulai dari pecel lele khas Lamongan hingga menu khas seperti lontong Tuyuhan, soto Kudus hingga nasi gandul Pati tersedia.
Satu dari Rembang yang terlambat aku sadari, para ulama menjadi tokoh utama. Sebut saja K.H. Mustofa Bisri, yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus, ulama besar terkenal dari Pondok Pesantren Raudhatul Thalibin, serta Mbah Mun, panggilan untuk Kiai Haji Maimun Zubair, pimpinan pondok pesantren Al Anwar, Sarang Rembang. Maksud hati ingin bersilaturahmi, apa daya pekerjaan yang padat membuatku tak sempat untuk berkunjung.
Rembang, Kabupaten Layak Anak
Satu yang menarik, bahwa pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2016 mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai kota ramah anak. Penghargaan tersebut bukan hanya diterima tahun 2016, tetapi sudah diperoleh sejak beberapa tahun ini tidak lepas dari Plan Indonesia, sebuah Ngo yang bergerak dalam bidang perlindungan anak, serta juga lembaga lokal yaitu Lembaga Perlindungan Anak Rembang (LPAR). Lembaga yang didirikan oleh beberapa orang relawan di Komisi Perlindungan Anak Daerah yang berada di desa ini menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan Rembang sebagai kabupaten Layak Anak.
Indikator kabupaten Layak Anak diantaranya adalah mempermudah pendaftaran akte kelahiran, menyediakan sarana pendidikan yang dapat diakses masyarakat hu gga pendidikan 12 tahun, memiliki kebijakan untuk menurunkan angka pernikahan di bawah usia 18 tahun, memiliki forum anak, serta beberapa kriteria lain tentunya.
Antara Semarang dan Bandung
Satu jam sudah, kereta berjalan, masih 6 jam lagi perjalanan ke Bandung harus ditempuh. Sebuncah rindu kian memuncak di dada, rindu untuk berjumpa dengan buah hati yang harus terpisah selama 10 hari. Emak-emak galau, jika sudah tugas luar hatinya tak bisa dipungkiri akan menyisakan ruang bagi anak-anaknya. Tugas di Rembang membuatku harus berfikir banyak untuk anak-anak yang punya keterbatasan ekonomi. Tapi tak ayal tiga buah hati si rumah juga tidak boleh mendapat porsi sisa.
Perjalanan kali ini memberikan pengetahuan tentang bagaimana anak harus diperlakukan, dan sejenak saya terhenyak, apakah hak anak-anakku selama ini sudah terpenuhi?
Maafkan ibu nak, mungkin banyak hal yang belum ibu lakukan, tetapi semoga ibu dapat terus belajar menjadi ibu yang baik dan memenuhi hak kalian sebagai anak
#RembangKotaLayakAnak #RembangKabupatenAgamis #KPAD #LPAR #FAD #PlanIndonesia
COMMENTS