Saat ini, siapa yang tidak terhubung dengan dunia digital? Menurut web GNFI, penggunaan internet per hari di Indonesia saat ini berada ...
Saat ini, siapa yang tidak terhubung dengan dunia digital? Menurut web GNFI, penggunaan internet per hari di Indonesia saat ini berada pada peringkat keempat di dunia, yaitu 8 jam 51 menit. Peringkat pertama adalah Thailand, disusul Filipina dan Brazil. Penggunaan internet saat ini masih didominasi oleh sosial media, dimana 49 % penduduk Indonesia memiliki sosial media. Saat ini, akun sosial media yang dimiliki penduduk Indonesia menempati tempat ketiga di dunia, yaitu sebanyak 53 juta akun. Dan total penggunaan sosial media di Indonesia adalah 3 jam 23 menit. Artinya 30 % dari waktu berserlancar netizen di Indonesia digunakan untuk beraktivitas di sosial media.
Kondisi ini berpengaruh pada sistem perdagangan, banyak pelaku usaha yang memasarkan produknya dengan memanfaatkan internet. Seperti disampaikan Menteri Kominfo Rudiantara, bahwa pasar e-commerce merupakan masa depan, dengan target digital sebesar USS 130 Miliar atau setara 11 % PDB. Di sektor ekonomi kreatif, pada tahun 2016, kontribusi pada PDB adalah sebesar 7,44 %. Sebagian dari ekonomi kreatif dipasarkan secara digital. .
Ekonomi Kreatif di Jawa Barat
Jawa Barat, di tahun 2016 merupakan Provinsi ke-tiga terbesar di sektor ekonomi kreatif, setelah Provinsi DIY dan Bali. Dan Bandung, sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif yang sangat terkenal. Topik ini yang menjadi tema pada acara JNE Kumpul Bareng Kawan Pers Nasional (JNE Keren) yang diselenggarakan JNE bersama Bisnis Indonesia di Bandung, 31 Mei 2018. Tema ekonomi kreatif menjadi trend si tengah revolusi industri generasi keempat atau industri 4.0. Dimana pada masa mendatang, ekonomi global akan semakin bergantung pada sektor ekoomi kreatif, seperti kebergantungan masyarakat global terhadap teknologi informasi.
Perdagangan di sektor ekonomi kreatif saat ini tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga hingga keluar negari. Di tahun 2016, terjadi peningkatan ekspor produk eknomi kreatif sebesar 3,23 % dari tahun 2015. Ke depan, diharapkan ekspor produk ekonomi kreatif dapat meningkat hingga US$ 40 miliar - US$ 60 miliar. Kebijakan peningkatan ekspor ekonomi kreatif diharapkan dapat menjadi jawaban untuk memperbaiki neraca perdagangan yang defisit akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
JNE KEREN
Acara JNE Keren yang diadakan di Hotel Mercure, Bandung, mengambil tema "Bersaing Secara Global dengan Industri Kreatif". Acara ini merupakan event kedua, dari 8 acara. Event pertama diadakan di Jakarta pada tanggal 8 Mei 2018. Diskusi berkala ini merupakan agenda PT. Tiki Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE) bersama Harian Bisnis Indonesia dengan mengundang jurnalis media massa dan blogger.
Diskusi JNE Keren di Bandung mengundang 5 Narasumber, yaitu Agung Suryamal (Ketua Umum Kadin Jawa Barat), Slame Aji Pamungkas (Kasubdit Pengembangan Kota Kreatif Badan Ekonomi Kreatif), Rimma Bawazier (Owner Kaimma Malabis, Founder Hijabers Community), Eri Palgunadi, VP of Marketing JNE, dan Setijadi (Chairman Supply Chain Indonesia).
FGD dibuka dengan sambutan Ibu Hasmeliyani Suseso (Deputy GM JNE Wilayah I), yang menyampaikan tentang kondisi ekonomi global yang bertambah cepat akibat pertumbuhan ekonomi digital. Saat ini pertumbuhan generasi milenial yang memanfaatkan ekonomi digital semakin bertambah dan ini potensi bagi pertumbuhan ekonomi.
Mengantarkan pada presentasi narasumber, redaktur Harian Bisnis Indonesia, Hendra Wibawa, menyampaikan kondisi defisit perdagangan pada bulan April 2018. Dimana nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 14,47 miliar dan Nilai Impor Indonesia mencapai US$ 16,09. Sektor ekonomi kreatif perlu mendorong ekspor produk umkm, dan perlu adanya dukungan logistik. Bapak Agung Suryamal dari Kadin Jawa Barat menyampaikan bahwa infrastruktur distribusi sangat penting untuk pelaksanaan ekspor. Tentunya harus didukung infrastruktur lain, seperti sumberdaya manusia, dan pembiayaan. Kadin Jabar telah membuat kegiatan pelatihan ekspor tetapi, perijinan ekspor masih rumit.
Bapak Slamet Aji Pamungkas, menyampaikan bahwa BEKRAF sudah melakukan upaya untuk monetisasi ekonomi kreatif. Saat ini, dari 16 sub sektor ekonomi kreatif, sektor kuliner, fashion dan kriya masih menjadi 3 penyumbang dana terbesar. Hal ini terjadi, karena masih adanya masalah di sektor ekonomi kreatif, diantaranya adalah : 1. SDM, 2. Pemasaran, 3. Riset dan edukasi, 4. Akses permodalan, 5. Infrasruktur, 6. Regulasi. Diantaranya juga biaya distribusi yang masih tinggi, sehingga harga jual tinggi. Perlu difikirkan, bagaimana produk ekonomi kreatif di Indonesia dapat seperti di China, dimana harga di situs alibaba, sama dengan harga yang diterima konsumen di Indonesia. Di tahun 2025, Indonesia mempunyai mimpi menjadi pusat fashion muslim dunia.
Support BEKRAF salah satunya dirasakan oleh Rimma Bawazier, pengusaha fashion muslim dengan brand Kaimma Malabis. Ibu Rimma pada tahun 2012 dengan dukungan Bekraf mengikuti International Islamic Fashion Fair di Chicago. Sambutan masyarakat Chicago terhadap fashion muslim cukup besar, karena disain yang menarik dan kreatif. Akan tetapi, untuk membesarkan ekonomi kreatif, eksibisi tidak cukup. Banyak masalah lainnya, seperti bahan baku yang sebagian masih impor, persaingan yang cukup ketat, permodalan, dan semakin berkurangnya pengrajin. Dimana generasi milenial saat ini sedikit penjahit usia muda.
JNE sebagai salah satu perusahaan distribusi, melihat pertumbuhan ekonomi kreatif menjadi pasar potensial. Banyaknya anak muda yang berbisnis di sektor ekonomi kreatif secara online terus meningkat. Bahkan pertumbuhannya tidak hanya di kota besar seperti Bandung, tetapi juga di kota sekitarnya, seperti Garut dan Tasik. JNE saat ini tidak hanya sebagai jasa logistik, tetapi mulai mengarah pada big data dan algoritma. Saat ini JNE memiliki departemen sosial media. Di tahun 2007, JNE mulai mengarah pada 3 pilar e commerce, yaitu payment gateway, merchant dan logistik. Sehingga JNE mulai berstrategi mendekati UKM, secara tangible dan intangible. Saat ini ada 3 layanan baru dari JNE, yaitu PESONA, yaitu program penjualan oleh-oleh nusantara, Jesika, jemput air susu ibu untuk di wilayah Jabotabek, dan JLC, loyalty program untuk ukm. Ke depan, JNE akan terus mendukung bisnis umkm, yang menjadi pasar utama dari JNE. Saat ini ada 2000 ukm mitra JNE. Dan JNE memulai kerjasama pembiayaan dengan Koinworks, untuk membantu pembiayaan umkm. Bahkan JNE akan membuka hub di wangon, untuk mendukung layanan bisnis di wilayah Priangan Timur dan Jawa Tengah.
Untuk mendukung perdagangan online, menurut Bapak Setijadi, diperlukan jaringan logistik yang kuat dengan skala ekonomi yang cukup. Contoh, di Bandung, banyak diproduksi makanan dari aci, tapi bahan baku tidak dari Bandung. Sehingga perlu ada jaminan ketersediaan bahan baku. Begitu pula dengan industri fashion yang sulit bersaing dengan produk luar dari sisi harga, karena bahan baku masih impor. Selain persoalan bahan baku, juga terdapat masalah logistik. Saat ini keberadaan pusat logistik masih terbatas. Semua terpusat di tempat distribusi. Seharusnya di pusat perdagangan maupun pusat umkm terdapat pusat logistik berikat (PLB). Untuk ekonomi kreatif, perlu dibangun PLB ekonomi kreatif. Di Bandung, pemerintah sudah membangun plb untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT), tetapi belum untuk sub sektor industri lainya. Logistik berperan penting dalam pertumbuhan sektor ekonomi kreatif. Terlebih dengan harapan ke depan untuk meningkatkan ekspor di sektor ekonomi kreatif.
Peluang dan Tantangan Bagi UMKM Kreatif di Jawa Barat
Untuk menjawab tantangan ekspor ekonomi kreatif, di Bulan November 2018, Kadin Jabar akan mengadakan kadin Expo di Trans Studio Mall Bandung. Expo ini akan mengundang para buyer dari luar negeri. Tetapi peluang ini tidak cukup jika umkm tidak dapat mengatasi tantangan untuk dapat melaksanakan expor. Tantangan tersebut, diantaranya adalah bahwa produk ekonomi kreatif harus memiliki brand internasional. Saat ini banyak produk berkualitas tetapi brand nya belum dikenal. Selain itu, juga kualitas menjadi utama. Sehingga produk yang akan dipasarkan ke luar negeri haru sesuai dengan standar internasional. Selanjutnya adalah sertifikasi ekspor dan sertifikasi produk yang sesuai dengan standar ekspor.
Kemasan serta perijinan juga perlu diperhatikan. Sebagai contoh, di kemasan harus dicantumkan bahasa Internasional tidak hanya Indonesia. Kemudian perijinan juga harus disesuaikan. Misalnya untuk makanan sudah mendapatkan ijin BPOM. Dan juga produk yang dikirim adalah yang dapat diterima di negara tujuan. Jangan sampai mengirimkan produk di negara yang membuat regulasi pembatasan produk tertentu. Seperti Malaysia yang melarang ekspor batik, untuk menjaga batik tradisional mereka. Dalam fgd ini banyak informasi menarik yang dapat disampaikan oleh narasumber untuk menyiapkan ekspor pada sektor ekonomi kreatif. Sehingga para pelaku umkm terutama generasi milenial semakin siap menjalankan bisnis di sektor ekonomi kreatif dengan memanfaatkan digital. Diantararanya berkat dukungan sistem logistik yang semakin baik, efisien dan tepat waktu. Dan itu yang menjadi komitment dari PT Tiki Jalur Nugrahan Ekakurir (JNE). Kesempatan sudah terbuka, tinggal bagaimana para umkm dapat secara maksimal bersaing secara global.
Foto Bersama Seluruh Narasumber |
COMMENTS