#mandiripangan #pengolahansampah #pertanianterpadu #biomethagreen #onestopwastesolution #biogas #aquaponik #tanjungsari #sumedang
Urusan sampah memang tidak ada habisnya. Masalah satu ini bukan hanya bikin pusing Bupati atau Walikota, tetapi juga semua warga termasuk saya. Bayangkan, kalau tukang sampah tidak mengambil sampah lebih dari 1 pekan, maka tempat sampah di halaman rumah sudah sulit ditutup. Terlebih jika ada gangguan teknis, entah truk mogok, atau jalan menuju tempat pembuangan akhir rusak. Semua warga akan dibikin kebingungan, harus membuang sampah kemana.
Sampah Rumah Tangga, Tanggung Jawab Siapa?
Sebetulnya urusan sampah itu urusan siapa sih? Pemerintah kota/kabupaten, RW, RT, atau kita sebagai pemilik rumah yang punya sampah? Pertanyaan yang sering muncul di masyarakat. "Kan kita sudah bayar iuran kebersihan, ya, tanggung jawab pemerintah setempat dong." ujar seorang warga saat ada rapat pembahasan sampah di RW. Saat itu, petugas sampah sudah hampir satu bulan tidak mengangkut sampah di rumah. Terbayang kan kotor dan baunya.
Jadi harus bagaimana dong?
Persoalan sampah sejak dulu sampai sekarang memang belum ada penyelesaiannya. Masyarakat beranggapan bahwa dengan adanya perusahaan daerah yang mengelola pembuangan sampah maka urusan sampah sepenuhnya tugas pemerintah. Pemerintah sendiri ternyata semakin kewalahan dengan sampah yang terus menumpuk, apalagi dengan gaya hidup sekarang yang serba dikemas. Otomatis jumlah sampah terus meningkat.
Di Bandung saja, menurut Direktur Utama PD Kebersihan Deni Nurdyana Hadimin dalam Tribun Jabar, 3 Desember 2018, menyatakan bahwa produksi sampah di Kota Bandung 1 hari sebanyak 1.600 ton. Komposisi sampah, terdiri dari 30 % sampah anorganik, dan 60 % sampah organik. Untuk sampah anorganik, beberapa RW sudah membangun Bank Sampah, seperti yang sudah berjalan di tempat tinggal saya. Tetapi, untuk sampah organik, belum semua daerah sudah memiliki solusi untuk pengolahan sampah.
Kopdar Petani Faperta Unpad di Biomethagreen Dok. PFU |
Pada acara kopdar Petani Faperta Unpad (PFU) tanggal 19 Januari 2019, salah satu tempat yang dikunjungi adalah Biomethagreen. Sebuah rumah edukasi lingkungan yang didirikan oleh DR. M Fatah Wiyatna, dosen Fakultas Peternakan UNPAD bersama istrinya Hj Inna Samsuminar, SP, alumni Faperta UNPAD angkatan 1990. Kedatangan kami ke Biomethagreen adalah untuk belajar konsep pertanian terpadu ramah lingkungan.
\
DR. M Fatah Wiyatna (Founder Biomethagreen) Dok, Pribadi |
Hj Inna Samsuminar, SP. (Direktur Biomethagreen) Dok, Pribadi |
Rumah Mandiri Pangan dan Energi Ala Biomethagreen
Memasuki rumah yang berlokasi di Jl Banjar Sari No 38 Desa Jatisari Kecamatan Tangjungsari Kabupaten Sumedang, pengunjung akan disugugi pemandangan asri. Halaman depan dihiasi gully hidroponik beraneka bentuk. "Ah, biasa saja," mungkin pikir beberapa orang. Sekarang sudah banyak rumah-rumah yang memanfaatkan pekarangan untuk menanam sayur dengan metoda hidroponik. Tetapi, saat masuk ke halaman belakang, kita akan melihat, sebuah halaman lengkap dengan berbagai sumber pangan. Dan semuanya zero waste, bahkan dihasilkan secara mandiri. Guyonan teman-teman yang hadir, bahwa semua yang dimakan Kang Fatah dan Ceu Inna adalah gratis, karena semua dipenuhi oleh sampah, kok bisa?
Kangkung Aquaponik Dok, Pribadi |
Biomethagreen yang didirikan 12 tahun lalu, memiliki visi memberikan solusi untuk mengolah limbah menjadi energi alternatif dan pupuk organik. Biomethagreen yang dikelola oleh Ceu Inna, hampir setiap hari dikunjungi oleh masyarakat. Apa saja teknologi pengolahan yang ada di Biomeghagreen? Bagaimana sampah tersebut dapat menjadi sumber pangan dan energi?
Konsep Pengolahan Sampah Biomethagreen Dok. Pribadi |
Untuk menghasilkan sumber pangan dan energi, Biomethagreen menggunakan beberapa metoda pengolahan sampah. Beberapa teknologi yang dikembangkan di Biomethagreen :
1. Pengolahan sampah anaerob yang menghasilkan kompos untuk pupuk dan biogas untuk bahan bakar memasak,
2. Budidaya ikan dan sayuran dengan metoda aquaponik
3. Budidaya black soldier fly (BSF) untuk menghasilkan magot sebagai pakan ternak
4. Budidaya ayam kampung dan kelinci secara organik.
Budidaya Kelinci Dok. Fatah Biomethagreen |
Kolam Lele dengan Sistem Aquaponik Dok. Pribadi |
Tempat Budidaya BSF Dok. Pribadi |
Dengan melakukan pengolahan sampah di rumahnya, Ceu Inna dapat menghasilkan aneka bahan pangan, mulai dari sayuran, ikan, ayam dan kelinci serta gas untuk memasak. Semua limbah dari ternak, sayur, sampah rumah tangga, bahkan sekarang sampah buangan septic tank pun sudah diolah.
Dari semua proses tersebut, hasil akhir yang diperoleh adalah :
1. Kompos cair
2. Gas untuk memasak
3. Magot untuk pakan ikan dan ayam
4. Kotoran ayam dan kelinci untuk pupuk.
Dan yang luar biasa, semua bersih dan TIDAK BERBAU.
Apa yang dikembangkan di Biomethagreen, memberikan inspirasi buat semua yang hadir termasuk saya untuk dapat memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi pupuk dan gas. Minimal, saya tidak pusing lagi kalau tukang sampah tidak datang. Toh, untuk sampah kering kami sudah ada Bank Sampah dan untuk sampah organik, solusinya dengan mengolah menjadi kompos.
Biodigester skala kecil Dok. Pribadi |
Teknologi Biomethagreen
Teknologi yang dikembangkan Biomethagreen merupakan hasil penelitian selama 12 tahun dan terus mengalami perbaikan. Alat pengolah sampah dan biogas Biomethagreen telah digunakan bukan hanya oleh masyarakat Kabupaten Sumedang, tetapi hingga ke Seluruh Indonesia. Ada beberapa produk yang dapat dipesan di Biomethagreen, diantaranya :
1. Biodigester komunal, alat produksi kompos dan biogas yang dapat menghasilkan listrik untuk memasak, penerangan serta pupuk organik.
2. Biodigester skala kecil, alat produksi kompos dan biogas skala rumah tangga, untuk memasak dan bahan baku pupuk organik,
3. Biodigester tubular septic tank
4. Rotari komposter
5. Pupuk organik cair untuk tanaman, dan suplemen untuk ikan dan unggas.
Informasi lengkap dapat diperoleh di biomethagreen.com
Bagi yang ingin berkunjung, bisa langsung ke Biomethagreen Jl. Banjar Sari No 38 Desa Jatisari Kecamatan Tanjungsari Kabuapaten Sumedang.
Sumber :
Tribunjabar, 3 Desember 2018
Biomethagreen.com
Wah keren, kreatif, ngirit dan bermanfaat. Seneng deh liatnya. Etapi, bole nanya ya teh.. aku pernah denger katanya kotoran hewan yang dipake jadi pupuk bisa jd salah satu pemincu efek ruah kaca. Bener gak sih?
ReplyDeleteKatanya kalau tidak diolah dulu jadi efek rumah kaca. Yag ini, gas metannya dipakai untuk pengganti bahan bakar. Jadi aman.
Deletekeren nih. saya di blitar bisa gak ya kira-kira ...
ReplyDeleteBisa mbak, langsung dihubungi alamat web ny.
DeleteKreatif banget yah teh..coba di GBA ada yang kayak gini da. Sekarang bingunh buang sampah kemana. Tukang sampah cuka dateng seminggu sekali keburu bilatungan tuh sampah di tong. Dibakar ga bisa juga. Semoga yah masyarakat dilingkungan kita bisa mencontoh biomethagreen ini.
ReplyDeleteIya teh, saya juga penge bikin. Jadi tidak pusing dengan sampah dapur. Btw kapan ketemuan? Janjian yuk.
DeleteWah, keren banget Mbak. Gimana cara dapetin alatnya Mbak?
ReplyDeleteBisa langsung hubungi alamat web. Saya cantumkan di blog.
DeleteKebayang kalau rumah tangga di Indonesia mau dan mampu mengolah sampah secara sederhana seperti yang dilakukan oleh Kang Fatah dan Ceu Inna, alangkah ringan penerapan zero waste untuk kelestarian lingkungan.
ReplyDeleteSaya jadi penasaran mau kepoin websitenya. Melakukan penjual alat alat itu enggak ya..
Mereka jual alat juga mbak. Ayo jaga lingkunga sekitar.
DeleteLuar biasa ya teh, ciba setiap Rw di jakarta bikin begitu, aman kali ya jakarta dari sampah, makasih ya teh, nice artikel
ReplyDeleteBetul bu, pr juga buat warga Bandung. Terima kasih sudah mampir.
Deletekeren ini mah,semua sampah diolah kembali.Saya masih sebatas memilah saja belum bisa mengolahnya, Tapi paling tidak saya sudah berusaha untuk zero waste, hehe
ReplyDeleteBetul mbak, saya juga takjub. Luar biasa memang.
DeleteSaya selalu salut dengan orang2 yg peduli pada permasalahan sampah sekaligus kreatif mengolahnya. Pahlawan banget mereka itu.
ReplyDeleteDan memang, PR tentang sampah masih harus dipecahkan bersama. Harus bersinergi antra masyarakat dan pemerintah.
Betul sekai mbak. Semoga wemakin banyak yag peduli lingjungan.
DeleteMasyaAllaj keren banget. Enggak ada sampah yamg tersisa. Ini seperti teman saya mbak Indah, dia juha punya program bahwa kalo bisa tidak ada sampah yang tersisa. Dan saya juga ikut ambil bagian buat ngumpuli sampahnya walau banya sampah plastik
ReplyDeleteBetul, keren banget.
DeleteMasyaAllah ...maksud saya
ReplyDeleteWhoaaa ... Ini keren banget. Ini berarti swasta ya, Ceu? Mungkin nggak sih area kegiatannya diperluas bukan hanya di Bandung saja? Mau dong ikutan belajar kalau buka kelasnya, hihihi ...
ReplyDeleteBetul mbak. Tinggal dikepoin saa webnya. Alamatnya ada I blog.
DeleteAwalnya saya menduga rumah Kang Fatah dan Ceu Inna akan dipenuhi dengan bau yang tak sedap, lah wong rumahnya dipenuhi sampah gitu. Tapi ternyata dugaan saya salah. Rumahnya apik dan tidak bau. Luar biasa!
ReplyDeleteIni pasti memerlukan pengetahuan dibarengi dengan ketelatenan yang super.
Iya betul. Proses mereka menemukan formulasi mmemang lama. Kuncinya tekun.
DeleteButuh lahan rumah yang luas kah ceu jika sebuah rumah tangga akan menerapkan teknologi ini?
ReplyDeleteBtw sangat membantu buat efisiensi keuangan ibu rumah tangga juga, jika bisa digunakan di lahan standart. ��
Yang portable butuh lahan 1,5 m2.'
DeleteUntuk sekolah bisa nggak? Mau dong dikasih linknya
ReplyDeleteBisa mbak. Kontak saja, alamat web ada di blog.
DeleteBiomethagreen ... Wah saya baru dengar nih...maafkeun. tapi keren ya mb, kreatif untuk mengolah sampah dan limba mnjd sesuatu yg bermnfaat. Mksh infonya jd melek dehhh
ReplyDeleteWow... ini luar biasa. Apakah alatnya dijual juga?
ReplyDelete