#pekerjaanterhenti #covid19 #bisnisdarirumah #memulaiusaha
"Program ditunda sampai waktu yang belum ditentukan." sebuah surat masuk ke wa saya. Bagaikan petir di siang bolong, kepala mendadak pening. Setelah surat terlayangkan satu persatu pesan menanyakan isi surat masuk bergantian. Bukan hanya kepala yang pening, hati pun semakin gundah gulana. Ya Allah, mana bulan depan mau Ramadhan, saya berbicara dalam hati. Sebetulnya ingin menyampaikan informasi ini pada suami, tapi akhirnya saya pendam.
Sejak tanggal 18 Maret, saat akhir kegiatan dan tersebarnya isu salah seorang kolega terkena virus corona, saya sudah tinggal di rumah. Kekhawatiran menjadi salah satu "orang dalam pengawasan", membuat saya dan teman-teman memutuskan diri untuk isolasi mandiri. Dalam dua pekan penuh kegalauan, kami masih berfikir bahwa itu hanya sementara. Dua pekan di rumah, dengan tanpa kesiapan logistik, saya masih tenang-tenang saja. Anak masih di pesantren, hanya si bungsu yang sudah mulai belajar di rumah. Kebutuhan rumah masih terpenuhi, karena saya masih sedia cash untuk kebutuhan sampai akhir bulan.
Melewati dua pekan di rumah, yang saya anggap sebagai liburan. Kapan lagi, bisa leyeh-leyeh sambil main dengan anak. Tidak usah bekerja, dasteran, bisa nonton semaunya. Tapi, itu hanya dua pekan. Memasuki bulan April, suasana di berita dan sosial media semakin memanas. Korban berjatuhan, beberapa orang dalam klaster covid termasuk salah seorang kenalan berpulang ke Yang Maha Kuasa. Membuat hati ini semakin galau. Kondisi ini sudah tidak bisa diajak santai lagi. Saya mulai berhitung sisa cash yang masih ada, sisa tabungan di rekening, asset yang dimiliki, situasi tidak menentu ini pasti akan panjang. Apalagi, surat penundaan projek, diikuti surat pembatalan pelatihan dari beberapa mitra. Ya Allah, ini bukan main-main, sebagai pemilik usaha jasa pelatihan dan pendampingan, saya harus berfikir melakukan hal lain.
Untungnya suami punya usaha produksi makanan yang selalu dijalankan di bulan Ramadhan. Saat itu, waktu masih 3 pekan menjelang Ramadhan. Kami segera memutuskan untuk membuat sample produk. Kebutuhannya ya untuk difoto. Adapun kalau belum laku, toh, produk yang dibuat adalah favorit anak-anak. Jadi hitung-hitung masak, tapi juga bisa buat foto produk. Dan di hari itu juga saya langsung post di status whatsapp. Tak disangka langsung ada japri dari seseorang yang menanyakan harga dan menawarkan diri jadi reseller. Sejak hari itu, kami lalu memutuskan untuk memulai produksi. Dan hingga 2 hari menjelang Idul Fitri, kami baru menuntaskan pesanan. Syukurlah, walau hingga hari ini bisnis pelatihan dan survey belum jalan kembali, tetapi keputusan untuk beralih ke bisnis makanan menyelamatkan ekonomi keluarga. Walau penuh perjuangan tentunya.
Dari bisnis yang sebulannya bisa memberi penghasilan dua digit, menjadi bisnis recehan, tidak masalah. Jauh lebih baik daripada saya dan suami harus diam termangu meratapi nasib sambil nangis di pojokan. Apalagi jika sampai menimbulkan pertengkaran ditambah dengan episode piring terbang. Syukurlah kondisi tersebut tidak terjadi di keluarga kami saat bulan Ramadhan kemarin. Semua yang kami peroleh, tentunya bukan hasil kerja sendiri, tetapi adalah rizki dari sang penguasa alam, Allah Subhanahu Wataala. Dan dibantu dengan kerabat yang menawarkan diri untuk menjadi reseller. Terus terang, reseller kami bulan lalu tidak banyak, hanya tiga orang. Tapi dengan tiga orang reseller itu, kami sudah kelimpungan untuk memenuhi pesanan. Sekali lagi, itu adalah berkah yang kami dapat di bulan Ramadhan.
"Ah, Ceu Meta kan memang punya bakat dagang," ucap seorang teman di akun facebook, saat saya bercerita tentang kegiatan saya selama Ramadhan. Duh, aslinya, saya ini sebetulnya paling gak bisa dagang. Tapi yang saya dan keluarga lakukan itu ya bakat, bakat ku butuh. Dalam keadaan kepepet, orang akan muncul ide-ide kreatifnya. Setelah dua pekan tinggal di rumah, maka ide yang muncul adalah mempercepat produksi mustopa dan berjualan sayur. Bahkan berjualan sayur pun idenya muncul spontan, karena supplier salah mengirimkan kentang yang kami pesan. Gara-gara kesalahan tadi akhirnya kami pun sekalian berjualan sayur secara online. Padahal ide jualan sayur online itu sudah digagas sejak bertahun lalu, dan gara-gara supply kentang yang salah, ide tersebut terlaksana dalam hitungan jam saja. Bisa dibilang itu adalah peluang yang tidak diduga sebelumnya.
Dalam situasi krisis seperti ini apapun bisa terjadi. Dan salah satu yang harus kita lakukan adalah tetap bergerak, tetap berfikir positif, tetap mencari solusi. Dalam krisis global yang menimpa semua dunia, tidak terkecuali semua orang menjadi korban. Bukan hanya pegawai, bukan hanya pedagang kaki lima, bukan hanya pemilik perusahaan keci, tapi juga semua orang. Beberapa teman yang semula memiliki asset sangat banyak, dalam hitungan pekan harus menjual sebagian asset untuk membayar gaji karyawannya. Tidak sedikti pula teman-teman yang harus merelakan assetnya diambil oleh perusahaan pembiayaan, karena masa tenggang pembayaran cicilan sudah habis alias ngemplang.
Sehingga alih-alih meminta bantuan termasuk kepada pemerintah, pemerintah pun juga harus dibantu. Jadi saat seorang mengirim wa ke saya meminta bantuan, saya sampaikan juga bahwa saya juga jadi korban. Bisnis saya mati total, tapi saya tidak mati ide. Saya sampaikan pada dia apa yang saya lakukan, dan dia bilang saya beruntung. Ya, saya beruntung, berada di lingkungan pelaku usaha yang saling menyemangati, saya beruntung punya teman-teman yang selalu berfikiran positif, saya beruntung memiliki keluarga yang dapat diajak berunding dan kompromi.
Covid 19 barulah masuk pada fase awal, beberapa orang teman memprediksi bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang seperti ini masih akan dirasakan hingga 2 tahun ke depan. Artinya kita semua harus memiliki rencana matang untuk tetap bisa bertahan. Bertahan dari pandemi, memperkuat iman dan imun, sehingga diri kita, keluarga tidak menjadi sasaran virus covid 19. Juga secara ekonomi kita bisa bertahan dan jika dimungkinkan memberi bantuan pada teman, atau keluarga yang membutuhkan uluran tangan kita.
Karena bagi wirausaha, tidak ada kata untuk menyerah. Seperti tertulis Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian wirausaha sama dengan
wiraswasta, yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk
baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Artinya wirausaha harus dapat menciptakan peluang usaha bagi dirinya. Toh, produk hanyalah sebuah alat untuk kita dapat mendapatkan penghasilan bagi memenuhi kebutuhan kita.
Jadi, apakah kita akan tetap bertahan dengan pekerjaan atau bisnis yang kita jalani selama ini, atau akan menyiapkan diri menjalankan hal yang baru? Pilihan ada di tangan kita semua. Tulisan ini barulah awal untuk kita memutuskan diri menjalankan bisnis yang baru. Bagi yang mau belajar bersama, yuk ikuti terus tulisan di blog ini. Kita akan bahas bersama bagaimana supaya dapat bertahan hidup di masa pandemi covid 19 dengan tidak menunggu bantuan dari pemerintah yang entah kapan akan tiba. Dan saya yakin, bagi seorang wirausaha, akan lebih terhormat memenuhi kebutuhan hidup melalui keringat apalagi jika keringat tersebut dapat juga membantu orang lain di sekitar.
Inspiratif mbak, mencari cara bertahan hidup yang paling sesuai ini banyak dibutuhin sekarang.
ReplyDeleteMasya Allah ya Mbak. Mbak termasuk wirausaha yang dapat cepat membaca kondisi dan apa yang harus segera dilakukan. Salut buat usaha Mbak. Semoga usaha Mbak lancar, laris manis dan barokah. Aminn.
ReplyDeleteSemua sektor terdampak tidak terkecuali pendamping freelance seperti kita he..yang penting terus bergerak
ReplyDeleteWalaupun hasilnya sedikit, tapi kalau dihasilkan dari keringat sendiri itu terasa banget berkahnya. Semoga pandemi ini bisa segera berakhir sehingga ekonomi pun kembali membaik, aamiin
ReplyDeleteWaah jualan kentang mustofa ya ceu? Aku suka bangeeeeet... Di rumah bisa habis dalam 2 hari, padahal marut kentangnya sampe pegel nih tangan, hehe... Berati hebat masya Allah Ceu meta sanggup melayani yang lain juga.
ReplyDeleteSetuju banget Mbak. Lebih baik kita berusaha dibandingkan menunggu bantuan yg entah kapan datangnya. Lbh baik tangan di atas dibandingkan tangan Di bawah.. sukses terus usahanya ya Mbak, semangat pagi
ReplyDeleteBanyak orang yang dirumahkan karena pandemi ini. Jalan yang harus dilakukan adalah bisa membaca peluang memang Bun. Salut
ReplyDelete