Uang, siapa sih yang tidak mau. Anak kecil pun juga tahun uang. Tapi sayangnya kita tahu uang sebagai alat penukar, alias buat berbelanj...
Uang, siapa sih yang tidak mau. Anak kecil pun juga tahun uang. Tapi sayangnya
kita tahu uang sebagai alat penukar, alias buat berbelanja, termasuk saya.
Sampai akhirnya pada tahun 2020 saya mengikuti sebuah program keren yaitu SIGAP
UMKM. Program yang digagas oleh Micromentor Indonesia (MMI), sebuah program
berbasis platform digital mengenai pendampinga usaha mikro dan kecil. Program
ini bekerjasama dengan Kementrian Koperasi dan UMKM dan sifatnya kerelawanan
atau voluntary. Sebagai master mentor di program SIGAP UMKM, kami mempelajari
banyak hal, salah satunya adalah mengenai literasi keuangan. Dan yang menarik,
para mentor yang pelaku usaha, termasuk saya, sangat awam mengenai literasi
keuanganm, menganggap uang adalah sebuah benda yang berfungsi sebagai alat
penukar saja. Padahal pengetahuan mengenai keuangan menjadi hal penting. Bukan
hanya untuk pelaku usaha, tetapi untuk semua orang yang menggunakan uang.
Seringkali kita menterjemahkan literasi keuangan adalah terhubung dengan lembaga
keuangan. Tetapi setelah mengikuti program bersama MMI, ternyata literasi
keuangan itu punya pengertian yang lebih luas dibandingkan melek lembaga
keuangan. Ada 5 kompetensi yang harus dimiliki berkaitan dengan pengelolaan
keuangan, yaitu sebagai berikut : 1. Mendapatkan Uang 2. Menabung dan Investasi
3. Membelanjakan Uang 4. Meminjam Uang 5. Menjaga Uang
Mendapatkan Uang
Setiap orang memiliki berbagai cara untuk mendapatkan uang. Ada diberi orang
tua, suami, atau berusaha sendiri melalui bekerja maupun wirausaha. Pastinya
yang halal ya. Kalau tidak halal, katanya suka tidak berkah. Bisa jadi uangnya
hilang, atau barangnya hilang. Dan pastinya bukan dari meminjam ya. Sehingga
kalau kata orang tua dulu, jangan besar pasak daripada tiang. Maka kita harus
tahu dulu berapa banyak uang yang akan kita dapatkan setiap bulannya, baru
menggunakan uang. Atau dibalik, kita menghitung dulu berapa kebutuhan bulanan,
baru merencanakan sumbernya. Keseharian saya bergaul dengan pelaku usaha mikro
itu luar biasa. Para pejuang ekonomi yang katanya tidak inovatif, hanya UMKM itu
ternyata sangat tangguh dalam mendapatkan uang. Apalagi di era digital seperti
saat ini, uang bisa didapat dengan berbagai cara, mulai dari memasarkan produk
sendiri, produk orang lain, termasuk jasa seperti saya. Jangan salah, dari
tulisan seperti ini bisa jadi sumber cuan juga, hehe. Sehingga tentunya perlu
kreativitas dan ketangguhan untuk mencari sumber-sumber cuan yang pastinya
HALAL.
Menabung dan Investasi
Hayo, siapa yang baru tahu kalau menabung dan investasi itu berbeda? Jadi
menabung dan investasi itu berbeda. Sehingga produk jasa keuangan yang digunakan
juga berbeda. Menabung itu prinsipnya adalah mengumpulkan uang dalam jangka
waktu tertentu. Umumnya jangka pendek, karena tujuannya adalah untuk mencapai
sejumlah uang tertentu. Misalnya ingin beli hp Rp 2.000.000, cash, uang yang ada
Rp 200.000 per bulan. Maka menabung 10 bulan, akan terkumpul uang Rp 2.000.000.
Kalau investasi, uang yang kita miliki itu kita "titipkan" supaya bisa
menghasilkan uang yang lebih besar. Bisa melalui lembaga keuangan atau pada
usaha yang terbukti pengelolaannya baik. Sekarang jarang orang menabung. Katanya
tidak ada uangnya. Uangnya habis untuk belanja dan bayar tagihan. Prinsip
menabung memang harus disisihkan diawal, tentunya setelah tagihan, kebutuhan
wajib dan cicilan terbayar. Kalau dulu kita diajarkan menabung di celengan,
sebetulnya sekarang juga bisa. Tapi, kadang uangnya sudah habis duluan, hehe.
Membelanjakan Uang
Siapa yang tidak suka belanja? Sepertinya hari ini tidak ada
yang tidak suka belanja. Apalagi sekarang belanja tidak harus ke toko. Cukup
rebahan buka toko online, memilih barang yang kita suka, tidak punya uang pun
bisa. Bisa pakai paylater. Hmm, kemudahan teknologi di sektor keuangan membuat
kita jadi shopholic alias kecanduan belanja. Masa sih dilarang belanja, Boleh
banget, asal uangnya ada. Persoalannya kita seringkali belanja sesuatu bukan
karena butuh. Baru menyesal pas sudah beli, hehe. Salah satu tipsnya adalah
belanja karena butuh, bukan karena ingin. Dan belanja kalau ada uang. Kalau
tidak ada uang, ya jangan belanja, hehe. Kan bisa mencicil. Itu pilihan apakah
mau beli cash atau kredit. Mau menabung dulu atau mencicil. Semua kembali ke
kita kok. Prinsipnya adalah semua keputusan keuangan yang kita ambil tidak bikin
kita pusing setelahnya.
Meminjam Uang
Saat ini meminjam uang bukan satu hal yang
sulit. Tidak butuh pun, banyak yang menawari. Tapi, pas bayarnya itu, kalau
uangnya ada sih aman. Tapi kalau uangnya tidak ada, siap-siap deh dikejar-kejar
penagih hutang. Saat akan meminjam uang kita juga harus memperhatikan, apakah
nanti bisa membayar baik mencicil atau sekaligus atau tidak. Jangan sampai untuk
membayar hutang, kita harus berhutang lagi, alias gali lobang tutup lobang.
Terus kalau butuh bagaimana? Sebetulnya kalau kita mau jujur, kita sudah tahu
kok kondisi keuangan kita. Ada beberapa hal yang penting berkaitan dengan
meminjam uang : 1. Meminjam untuk kebutuhan mendesak, 2. Meminjam saat kita
kelak punya uang untuk membayar pinjaman, 3. Tidak meminjam uang untuk memulai
usaha. Kok memulai usaha tidak boleh pinjam uang? Usaha yang baru dimulai itu
rentan gagal, jadi mulailah dengan apa yang kita punya dan dari nominal yang
kecil. Dan jangan ingin cepat sukses karena bisnis itu proses, aspeknya sangat
banyak. Jangan lupa cek juga biaya dan bunga yang harus dibayarkan. Jangan sampai bunga malah lebih tinggi dari pokok pinjaman. Bukannya untung, malah buntung.
Menjaga Uang
Bicara proteksi tidak hanya dalam bentuk asuransi. Tetapi
juga kehati-hatian. Seperti kata orang bijak, jangan menaruh uang dalam satu
keranjang. Artinya kalau ada uang, simpan dalam berbagai instrumen. Dan jangan
tergiur tawaran jasa pengembalian tinggi. Laporan keuangan kan bisa dikarang,
jadi kita harus faham betul usaha yang akan kita ikuti. Dan salah satu bagian
menjaga uang adalah berbagi. Kata ulama, sedekah itu penolak bala. Dan semua
agama juga mengajarkan jika dalam harta kita ada harta milik orang lain. Dan
tidak usah flexing juga, supaya ingin dilihat kaya. Buat para pejuang keluarga
semangat ya.
Walau uang bukan segalanya, tapi kalau tidak ada uang bakal pusing
kepala. Jangan lupa buat catatan rencana keuangan juga. Saya bukan perencana
keuangan, hanya emak-emak yang tiap bulan harus muter otak mengatur keuangan.
Trims buat MMI yang sudah kasih amanah memberikan materi ini di beberapa kelas
online, materi ini jadi salah satu materi unggulan yang saya bawakan juga di
beberapa kelas untuk pelaku usaha mikro. Buat teman-teman yang mau mendapatkan modul-modul pengelolaan keuangan secara gratis, bisa daftar micromentor Oh ya, jangan lupa mengubah bahasa ke bahasa Indonesia. Kita bisa diskusi lebih panjang lagi di platform tersebut. Jangan lupa kirim message ke akun saya konsultasi bisnis Ceu Meta
Semangat sehat dan sukses selalu untuk para pejuang ekonomi keluarga....
COMMENTS